Guru SM3T Angkatan ke IV Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014-2015
Indentitas
| ||
Nama
|
Anggun Diah Septiani, S.Pd.
| |
TTL
|
Tapan, 17 September 1991
| |
Alamat Asal
|
Tapan, Nagari Riak Dnau, Kec Basa
Ampek balai, Kab. Pesisir selatan.
Sumatra Barat.
| |
Prodi/PTN
|
Pendidikan Bahasa Indonesia / Universitas Negeri Padang
| |
LPTK
|
Universitas Negeri Padang
| |
Email
|
anggundiahseptiani@gmail.com
| |
Alamat SM3T
|
Desa Ladang Rimba Kec. Trumon Tengah Kabupaten Aceh Selatan
| |
Tempat Tugas
|
SMA Negeri 1 Trumon Tengah
| |
Alamat sekolah
|
Jalan Lintas Tapak Tuan - Medan
| |
Kepala sekolah
|
Drs. M . Yusan
| |
Cerita Selama Menjadi Guru SM3T
Tanggal 27 Agustus 2014 pukul 11.00 WIB, saya bersama dengan 65 orang yang ditempatkan di Kabupaten Aceh Selatan berangkat menggunakan bus. Selama dua hari dua malam perjalanan yang kami lewati menuju Aceh Selatan. Sekitar jam 23.00 WIB kami menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Aceh Selatan yaitu di Kecamatan Trumon Tengah.
Malam itu kami sebanyak 15 orang ditempatkan di Trumon Tengah, dan bermalam di rumah salah satu kepala sekolah, sesampainya di sana kami sudah ditunggu oleh senior-senior angkatan ke-III. Paginya, saya dijemput oleh kepala sekolah SMA Negeri 1 Trumon Tengah yang bernama Bapak Drs. M. Yusan, sekitar jam 09.00 WIB. Saya dibonceng oleh kepala sekolah menuju sekolah, selama kurang lebih dari 3 menit kami telah sampai di sekolah. Awalnya saya tidak terlalu yakin dengan kondisi sekolah yang akan saya tempati selama satu tahun ke depan, karena kondisi sekolah ini benar-benar tidak layak. Bangunan yang terbuat dari kayu, dan bangunan sekolah ini adalah bekas dari bangunan pesantren yang digunkan masyrakat. Kayu-kayu yang disusun sedemikian rapinya telah terlihat digerogoti kecoa atapun sejenisnya. Sehingga, banyak ruang yang bolong-bolong antara ruangan yang satu dengan ruangan yang lainnya, bisa saja orang yang berada diruangan sebelah mengintip. Dan untuk fasilitas WC sekolah ini belum ada, mereka hanya menggunakan WC bekas pesantren yang tidak layak pakai lagi. Serta untuk fasilatas sekolah tidak ada satupun saya temukan, hanya ada bangku-bangku dan meja yang digunakan di ruang kantor.
Menyedihkan sekali dan tidak terfikirkan oleh saya, masih adakah sekolah yang seperti ini di Indonesia. Yang mungkin dapat saya gambarkan hampir sama dengan sekolah “Laskar Pelangi”. Bukan cuma itu yang membuat hati ini miris, ada satu hal lagi yang tidak terbayangkan oleh saya, kami juga harus berbagi lokasi dengan PAUD, mereka juga menempati salah satu ruangan bangunan ini. Setelah perkenalan dengan guru yang ada, sayapun di ajak oleh Bapak Yusan untuk masuk ke dalam kelas untuk memperkenalkan diri. Yang rata-rata anak ini dalah berkarakter keras, susah untuk diatur dan susah untuk diajak belajar. Tanpa ragu lagi saya maju ke depan kelas, setelah saya dipersilahkan maju ke depan dan memperkenalkan diri oleh kepala sekolah. Ternyata respon dari anak-anak sangat antusias sekali dan dari wajah-wajah polos mereka rerlihat segurat senyuman dan terlukis sedikit rasa bahagia atas kedatangan saya, sungguh wajah yang membuat saya tertantang untuk ingin merangkul lebih dekat.
Seiring berjalannya waktu, ternyata mengajar di sini sangat banyak sekali tantangannya. Terutama untuk kesadaran siswa untuk belajar sangatlah kurang, karena rata-rata siswa di sini adalah anak-anak pekerja. Setelah pulang sekolah anak-anak akan bekerja untuk mencari nafkah, sehingga konsentrasi untuk belajarpun kurang. Kekurangan masalah pendidikan di sini bukan hanya dari segi kemauan siswa melainkan juga dari segi pendidik (guru) yang kurang sadar akan tugasnya. Banyak guru yang tidak hadir dan juga apabila hadir mereka rat-rata masuk ke dalam kelas tidak tepat waktu. Dan yang membuat miris sekali ada salah satu orang siswa saya yang berkomentar kalau guru-guru mereka banyak yang tidak menguasai materi yang akan diajarkannya, sehingga proses pembelajaran jadi tidak efektif dan juga siswa menganggap guru tidak mampu untuk mengajar.
Ini adalah pengalaman yang luar biasa yang saya dapatkan, pengalaman yang akan membuat saya menangis dan juga akan tersenyum. Jikala saya mengingat semua perjalanan saya selama kurang lebih 1 tahun di sini. Dan untuk saat ini tak terasa perjuangan pengabdian kami SM-3T angkatan yang ke IV akan segera berakhir. Mungkin untuk kedepannya kami belum tentu bisa kembali lagi mengunjungi anak-anak didik kami dan juga orang tua angkat kami di sini.
Kesan
Luar biasa dan tak ada kata-kata yang bisa terucapkan dari mulut ini. Sekolah yang serba tidak ada baik itu fasilitas maupun dari tenaga pendidiknya sendiri. Karena bangunan yang terbuat dari kayu yang telah digerogoti oleh rayap dan ketika hujan lebat air merembes ke dinding kelas. Dan juga untuk siswa sendiri benar-benar perlu perjuangan yang besar untuk mengjak mereka untuk belajar, jumlah siswa sekitar 27 orang hanya sekitar 10 orang yang benar-benar serius dalam belajar. Dan rata-rata kemampuan akademik anak-anak ini jauh dibawah standar.
Pesan
Pesan saya untuk sekolah pengabdian selama kurang lebih 1 tahun ini, khususnya untuk kepala sekolah. Tetap berjuang membangun sekolah ini dan teap berusaha menyadarkan siswa bahwa begitu pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka. Dan juga untuk para pendidik (guru) harus sadar akan tugas di sekolah, kita sebagai pendidik bukan hanya mengajar siswa tetapi kita juga mendidik siswa baik itu merubah karakter siswa yang dulunya kurang menghargai guru atau melawan pada guru. Dan juga untuk guru-guru usahakan dalam mengajarkan siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
Harapan
Harapan saya sangat besar untuk sekolah SMA Negeri 1 Trumon Tengah. Mudah-mudahan sekolah ini dalam waktu dekat bisa cepat menyelesaikan pembangunan gedung sekolah agar proses belajar mengajar efektif. Dan untuk siswa-siswanya mampu belajar lebih baik lagi, agar kalian kelak mampu bersaing dengan dunia luar. Karena yang merubah kalian dan merubah tanah kelahiran kalian adalah kalian sendiri.

No comments:
Post a Comment