Guru
SM3T Angkatan ke IV Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014-2015
|
|
Indentitas
|
|
|
Nama
|
Fitriatul Usna, S.Pd.
|
|
|
TTL
|
Pariaman, 12 Juli 1991
|
|
|
Alamat Asal
|
Jl. H. Agus Salim Kelurahan Jalan Baru Kecamatan Pariaman Tengah
|
|
|
Prodi/PTN
|
Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas
Negeri Padang
|
|
|
LPTK
|
Universitas Negeri Padang
|
|
|
Email
|
||
|
Alamat SM3T
|
Desa Ladang Rimba Kec. Trumon Tengah Kabupaten Aceh Selatan
|
|
|
Tempat Tugas
|
SMP Negeri 1 Trumon
|
|
|
Alamat sekolah
|
Jl.
T. Raja Fansuri Alamsyah No. 1
Ujong Tanoh,
Trumon
|
|
|
Kepala sekolah
|
Bukhari, S.Pd.
|
|
Cerita Selama Menjadi Guru SM3T
Tepat tanggal 28 Agustus 2014
saya sampai di daerah sasaran, yaitu Aceh Selatan. Setelah menempuh perjalanan
darat yang melelahkan, malam itu akhirnya kami sampai. Biasanya akan ada
penyerahan secara resmi oleh LPTK penyelenggara kepada dinas pendidikan
setempat. Tapi kali ini berbeda. Tak ada penyambutan apa pun ketika itu karena
rombongan kami baru sampai malam hari.
Malam
itu juga langsung diberitahukan bahwa saya bertugas di SMP N 1 Trumon. Suatu
kehormatan bagi saya karena malam itu kepala sekolah tempat saya ditugaskan
datang langsung melihat dan berkenalan. Kesan pertama yang baik. Begitulah
kesimpulan saya waktu itu.
Paginya,
saya langsung datang ke SMP N 1 Trumon. Mata saya tercengang selama perjalanan
yang jaraknya lebih kurang tiga belas kilometer itu. Tak sepatah kata pun
keluar saat itu. Tak ada
aspal. Tak ada jalan seperti yang saya pikirkan. Rumah penduduk pun bisa
dihitung dengan jari. Sejauh mata memandang hanya hamparan pohon sawit, jagung,
dan semak belukar yang terlihat. Juga jalan penuh kerikil dan tanah liat.
Ketika hujan licin dan becek, sebaliknya ketika panas penuh debu. Inilah
jalanan yang harus saya tempuh setiap hari.
Saat
itu keraguan datang menghampiri. “Bisakah saya bertahan dengan kondisi seperti
ini? Mampukah saya menghadapinya?” pikir saya dalam hati. Keraguan itu makin
memuncak ketika saya juga terpikirkan bahwa saya tak bisa sama sekali memakai
sepeda motor.
Lengkap
sudah semua. Terlalu banyak hambatan untuk hal pertama yang akan saya lakukan
di daerah yang belum terlalu saya kenal. Bahkan saya bertanya-tanya dan meratapi diri, “Kenapa saya harus
ditempatkan di daerah seperti ini?”. Sebuah pertanyaan yang mungkin akan terjawab
seiring waktu berlalu. Sebuah pertanyaan yang akan saya temukan jawabannya
sendiri. Tidak untuk saat ini, tetapi nanti.
Sesampainya
di sekolah, saya diperkenalkan oleh kepala sekolah kepada staf pegawai di sana.
Ada empat belas guru dengan jumlah murid kurang lebih seratus orang. Jumlah
yang terlalu sedikit untuk sebuah sekolah sebenarnya.
Inilah
pertama kali saya menginjakkan kaki di sekolah yang sama sekali tak
terbayangkan jaraknya. Pertama kali juga berkenalan dengan suasana yang terasa
canggung. Tutur kata, adat dan kebiasaan, serta banyak lagi hal berbeda lainnya
yang saya temukan. Tempat
ini juga nantinya tempat yang akan memberikan banyak pengalaman buat saya.
Tempat inilah tempat saya belajar. Belajar menghargai semua. Tempat dengan
tradisi berbeda ini akan membuat saya lebih mengerti lebih jauh apa arti
perbedaan.
Jika
dilihat, SMP N 1 Trumon sangat luas dan memiliki ruangan yang cukup. Namun,
sayangnya ada beberapa bagian yang rusak. Barangkali karena bangunan sekolah
ini sudah tua. Hari itu
saya langsung mendapat tugas mengajar bahasa Indonesia di kelas VII.
Mendebarkan sekali rasanya saat pertama kali tiba harus langsung masuk kelas.
Tak apalah. Ini justru lebih baik. Saya bisa lebih cepat mengenal dan memahami
siswa di sana.
Masih
jelas dalam ingatan saya ketika pertama masuk kelas itu. Siswanya terlihat
cukup antusias dengan kedatangan saya. Wajah-wajah ingin tahu itu segera
memberi saya pertanyaan beruntun. Mungkin maksud mereka ingin mengenal saya
lebih dekat. Begitu pula saya.
Ruangan
kelas itu cukup besar untuk menampung siswa sebanyak enam belas orang.
Lagi-lagi tak seperti dugaan saya. Ruangan itu sama sekali tak dilengkapi
dengan papan tulis putih. Sebuah papan tulis hitam digantung tepat di depan
kelas. Ditambah dengan sekotak kapur yang terongggok di sudut meja guru.
Dinding ruangan pun masih sepi dari tempelan.
Setelah
cukup panjang berkenalan dengan mereka, maka proses pembelajaran segera
berlangsung. Untungnya semua berjalan dengan lancar. Tak ada gangguan hingga
akhir.
Kesan
Sempurna.
Perjalanan saya di sini, di Aceh Selatan, tak kan pernah bisa saya lupakan.
Semua hal di sini memberi kesan yang dalam bagi saya. Sejenak saya berpikir.
Mungkin inilah jawaban atas pertanyaan yang saya lontarkan sebelumnya. Ya,
pertanyaan saya ketika pertama kali sampai di sini. Pertanyaan yang membuat
saya berpikir keras mencari jawabannya.
Pesan
Untuk SMP N 1
Trumon semoga bisa lebih meningkatkan kualitas dalam berbagai hal, baik dalam
hal fasilitas maupun kinerja, agar menghasilkan siswa-siswa berprestasi
nantinya.
Harapan
Hal ini berkaitan
dengan masalah akses jalan ke SMP N 1 Trumon. Sampai saat ini jalanan ke sana
masih dipenuhi tanah liat dan bebatuan hingga membuat saya kesulitan
menempuhnya. Kedepannya saya berharap agar akses jalan ke sana bisa lebih
diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat. 
No comments:
Post a Comment